berikutadalah contoh karya tulis ilmiah tentang perilaku konsumtif dikalangan remaja. 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat-Nyalah tugas karya ilmiah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya kami ini, membahas mengenai "Perilaku Hidup Konsumtif di Kalangan
Konsumerisme adalah perilaku konsumtif berlebihan yang timbul dari keinginan membeli barang atau jasa untuk kepuasan pribadi. Dengan kata lain, konsumerisme artinya adalah budaya konsumsi secara terus-menerus. Konsumerisme menjadi salah satu dampak dari globalisasi dan sistem kapitalisme modern yang telah berkembang ke seluruh penjuru dunia. Adanya internet dan media sosial seolah membuat konsumerisme semakin menjamur. Apa itu Konsumerisme Konsumerisme dapat diartikan sebagai paham atau ideologi yang menjalankan proses konsumsi dan pemakaian barang produksi secara berlebihan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, konsumerisme adalah salah satu bagian gaya hidup yang menganggap bahwa barang-barang mewah atau tersier sebagai tolak ukur kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Tak heran jika perilaku ini kerap dihubungkan dengan sifat boros, glamour, dan hedon. Menurut sosiolog Jean Baudrillard, konsumerisme artinya budaya konsumsi modern yang menciptakan hasrat untuk mengonsumsi sesuatu secara terus menerus. Seseorang yang dengan gaya hidup konsumerisme umumnya ingin menunjukkan status sosialnya, sehingga dapat dikatakan tujuan konsumerisme bukan karena kebutuhan, melainkan lifestyle belaka. BACA JUGA Apa Itu FOMO dan Strategi yang Biasanya Digunakan Ciri-ciri Konsumerisme Setelah mengetahui apa itu konsumerisme, selanjutnya kami akan memaparkan beberapa ciri konsumerisme. Ada beberapa ciri konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Membeli Barang Karena Tren Ciri-ciri menonjol dari konsumerisme adalah keinginan untuk mengikuti tren. Konsumerisme bisa muncul karena perasaan FOMO Fear of Missing Out dan takut ketinggalan tren. 2. Ingin Tampil Beda dan Menarik Perhatian Ciri lain dari konsumerisme adalah keinginan untuk tampil beda agar menarik perhatian orang lain. Orang-orang yang konsumtif biasanya mengincar barang-barang mewah terbaru atau yang limited edition. Selain untuk kepuasan pribadi, perilaku ini juga untuk menarik perhatian orang lain. 3. Bangga Terhadap Penampilan dan Kepemilikan Barang Pelaku konsumerisme biasanya akan bangga dengan sesuatu yang mereka miliki, entah penampilan atau barang tertentu. Perasaan ini dapat memicu keinginan untuk pamer kepada orang lain dan merasa bangga berlebihan terhadap diri sendiri. Sama seperti hedonisme, konsumerisme bukanlah perilaku yang secara alami ada pada diri manusia. Konsumerisme artinya adalah sesuatu yang terjadi karena beberapa penyebab, di antaranya 1. Globalisasi Penyebab utama konsumerisme adalah globalisasi, yang terjadi saat banyak produk-produk luar masuk ke pasar Indonesia. Produk-produk ini seringkali memiliki beberapa keunggulan sehingga membuat masyarakat ingin terus membelinya. 2. Kemajuan Teknologi Konsumerisme sulit berkembang tanpa kehadiran teknologi. Saat ini, gaya hidup mewah dan konsumtif sangat mudah ditemukan di berbagai unggahan media sosial, baik dari kalangan selebriti, influencer, bahkan orang biasa. Tanpa disadari, gaya hidup mewah ini dapat “menular” ke siapapun yang terpapar unggahan tersebut secara terus-menerus. 3. Budaya Pop Selain dari unggahan di media sosial, menyebarnya budaya pop juga telah menyebabkan konsumerisme. Budaya pop yang dimaksud meliputi film, game, musik, dan lain-lain. Produk-produk yang ada di dalamnya menyebabkan banyak orang ingin membeli atau menggunakannya, meski tidak benar-benar membutuhkan. 4. Tren Gaya Hidup Penyebab lain dari konsumerisme adalah tren yang tersebar di kalangan masyarakat. Tren ini biasanya dipopulerkan oleh kalangan figur publik atau influencer di media sosial, yang membuat masyarakat ingin menggunakannya juga. BACA JUGA Lima Contoh Budaya Perusahaan yang Unik Dampak Konsumerisme Sebenarnya, konsumerisme tidak hanya bisa membawa dampak negatif, tetapi juga dampak positif. Apa saja? Dampak Negatif Ada beberapa dampak negatif dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Menimbulkan Sifat Boros Orang dengan jiwa konsumtif akan cenderung melakukan pemborosan. Hal ini karena saat mereka membeli suatu barang atau jasa, mereka lebih banyak mementingkan kepuasan dibanding kebutuhan. 2. Kesulitan Mengatur Keuangan Sifat boros yang disebabkan oleh gaya hidup konsumerisme, juga akan membuat orang kesulitan mengatur keuangan. Kebiasaan membeli barang tanpa didasari kebutuhan juga bisa memicu kondisi “besar pasak daripada tiang”, di mana pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Konsumerisme juga menyebabkan seseorang sulit menabung dan berinvestasi untuk masa depan keuangannya. 3. Memicu Ketimpangan Sosial Dampak negatif lain dari konsumerisme adalah bisa menimbulkan ketimpangan sosial. Hal ini karena tidak semua masyarakat memiliki daya beli yang sama, padahal tren atau gaya hidup konsumtif berkembang di seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya, ketimpangan sosial pun tidak bisa dihindari. 4. Dapat Memicu Utang Orang dengan daya beli rendah, namun ingin mengikuti tren yang berkembang, kemungkinan akan memutuskan berutang demi tercapainya kepuasan diri tersebut. Utang yang menumpuk dan tidak terkendali akan membawa masalah lain yang lebih serius, seperti kriminalitas atau depresi. Dampak Positif Ada beberapa dampak positif dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Walau banyak memicu dampak negatif, namun tidak bisa dimungkiri bahwa konsumerisme juga dapat meningkatkan siklus pembelian dan penjualan. Hal ini akan secara langsung mendorong roda pertumbuhan ekonomi suatu negara. 2. Meningkatkan Daya Kreativitas dan Inovasi Pelaku Usaha Dampak positif lain dari konsumerisme adalah mendorong pelaku bisnis untuk lebih kreatif dan berinovasi menciptakan produk-produk yang disukai masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena berkat konsumerisme, selera masyarakat akan suatu produk akan terus berkembang. Semakin banyak permintaan suatu barang, semakin turun pula biaya produksinya. Hal ini tentu akan menguntungkan konsumen, karena harga jualnya juga menjadi lebih rendah. 4. Meningkatkan Jumlah Lapangan Kerja Dampak positif terakhir dari konsumerisme adalah meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak produk yang beredar, semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan. BACA JUGA Domain .ART – Ideal Bagi Komunitas Seni dan Budaya Contoh Konsumerisme Ada beberapa contoh dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Membeli Barang Mewah karena Mengikuti Tren Salah satu tren yang dapat memicu sikap konsumerisme adalah mengoleksi tas-tas branded dengan harga fantastis, mulai dari belasan hingga ratusan juta. Mirisnya, tidak sedikit orang yang rela berutang atau menggunakan kartu kredit demi mengikuti tren ini. 2. Membeli iPhone Terbaru Agar Tidak Ketinggalan Tren Contoh lain konsumerisme adalah membeli iPhone terbaru. Mengapa demikian? iPhone memang selalu menjadi perbincangan di seluruh kalangan. Seseorang yang menggunakan iPhone kerap dinilai sebagai orang yang trendi dan berkelas. Sehingga, membeli seri terbaru iPhone setiap tahun dengan alasan agar tidak ketinggalan zaman dapat menjadi salah satu contoh konsumerisme 3. Membeli Koin Crypto hingga Ratusan Juta Beberapa waktu lalu, banyak orang terkena “demam” crypto, atau investasi mata uang digital. Tren ini memicu konsumerisme, bahkan banyak orang rela berutang agar tidak tertinggal tren berinvestasi. Konsumerisme memang tidak selamanya buruk. Namun, ada baiknya Anda tetap mengontrol diri supaya tidak terjebak dalam konsumerisme yang memicu kerugian. Itulah penjelasan tentang apa itu konsumerisme oleh Rumahweb Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat! Konsumtifadalah kecenderungan untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Jangan biarkan anak Anda menjadi konsumtif, Moms. Stop Sifat Konsumtif pada Si Kecil! by: Wieta Rachmatia / 2019-06-12 14:00:01. Ya, faktor orang tua menjadi salah satu alasan utama anak menjadi konsumtif. Jika Moms dan Dads yang gemar berbelanja, maka Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kasus-kasus penyimpangan sosial banyak sekali ditemukan di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia, tetapi banyak juga ditemukan di luar negeri. Salah satu kasus penyimpangan sosial di Indonesia. Salah satunya adalah konsumerisme. Konsumerisme atau perilaku konsumtif adalah penyimpangan gaya hidup yang mengkonsumsi, membeli dan menggunakan suatu barang secara berlebihan. Setiap masyarakat cenderung bisa memiliki perilaku konsumtif karena setiap masyarakat melakukan kegiatan konsumsi. Namun perilaku ini dianggap menyimpang jika kegiatan konsumsi sudah melebihi batas konsumsi masyarakat pada umumnya. Indonesia masuk peringkat ke-3 dengan masyarakat yang memiliki tingkat konsumerisme yang tinggi. Seperti pada saat awal pandemi Covid-19, masyarakat melakukan panic buying karena adanya aturan work from home, pembelajaran jarak jauh, dan disertai dengan aturan lockdown, juga terlepas dari adanya pandemi tingkat konsumerisme dipengaruhi 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal masyarakat disebabkan oleh tidak bisa merencanakan keuangan dengan baik yang membuat masyarakat tidak bisa berpikir panjang dalam membeli barang-barang yang mereka inginkan, juga adanya ketidak pekaan dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya, seperti membeli barang sembako minyak goreng yang belakangan ini sedang marak terjadi di masyarakat, dengan permintaan masyarakat yang tinggi membuat produsen harus terus memproduksi minyak dengan memperdaya sumber daya alam yang ada, dan dengan tidak mempertimbangkan keadaan lingkungan, hal ini bisa mengganggu ekosistem tanah dan lingkungan. Selanjutnya terdapat kemudahan akses untuk menemukan banyak toko-toko yang beragam di internet, seperti masyarakat sekarang sudah banyak pilihan untuk membeli barang secara online. Masyarakat mudah untuk menemukan barang dari berbagai daerah di Indonesia bahkan bisa sampai ke luar negeri. Hal ini membuat masyarakat lebih mudah untuk melakukan proses transaksi jual beli, yang otomatis akan membuat masyarakat lebih mudah untuk menjadi masyarakat yang terdapat faktor eksternal dari sifat konsumerisme. Kemudahan akses untuk masyarakat sangat mempengaruhi masyarakat menjadi konsumtif. Seperti kemudahan untuk mendownload aplikasi, dan terdapat banyak pilihan barang yang mudah ditemukan di aplikasi tersebut. Dan karena kemudahan ini masyarakat dimanjakan dengan dampak perkembangan teknologi ini yang mempercepat pengaruh sifat konsumtif ke sifat masyarakat yang sosialis membuat mereka harus hidup berkelompok, yang otomatis akan mempengaruhi setiap individu dalam kelompok tersebut, jadi jika ada salah satu yang cenderung bersifat konsumtif, teman-teman kelompoknya akan mudah terpengaruh dan terinternalisasi menjadi masyarakat yg konsumtif. Sifat konsumtif biasa menyerang remaja sampai dewasa karena sifat mereka yang cenderung labil dan belum biasa membatasi diri, namun tidak menutup kemungkinan seorang yang sudah dewasa bisa memiliki sifat konsumtif, karena kebanyakan orang dewasa yang memiliki sifat ini mereka takut ketinggalan tren atau biasa disebut sebagai FOMO fear of missing out. Sehingga banyak dari mereka yang semata-mata hanya mengikuti trend yang tanpa sadar hal ini sudah membuat mereka menjadi masyarakat yang konsumtif. Terakhir karena adanya pandemi yang sangat merubah dan mempengaruhi masyarakat dari berbagai bidang salah satunya pada aktivitas dan kegiatan masyarakat. Masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, masyarakat mudah merasa bosan sehingga masyarakat mencoba untuk mencari kegiatan lain, dan karena kemudahan teknolog seperti iadanya ecommerce yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja tanpa harus keluar dari rumah, masyarakat menjadikan belanja sebagai pelarian dari kebosanan di masa pandemi, sehingga hal ini mempengaruhi tingkat konsumerisme di Indonesia. Sifat penyimpangan ini adalah penyimpangan negatif. Karena penyimpangan ini berdampak negatif pada masyarakat yang memiliki sifat ini. Masyarakat yang memiliki sifat ini akan terpengaruh pertama dalam bidang ekonomi. Karena ketidakmampuan mereka mengatur keuangannya membuat mereka jadi konsumtif dan kesulitan untuk mengatur keuangannya di masa depan. Sifat konsumerisme juga membuat barang yang dibeli secara berlebihan akan mengalami kelangkaan yang membuat produsen harus memproduksi barang lebih banyak dan tercipta ketidakstabilan sistem produksi dan ekonomi. Lihat Lyfe Selengkapnya Agarkira dapat terhindar dari riba, berikut adalah beberapa hal yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1. Mengenali bahaya dari riba. Seperti yang kita ketahui, bahwa di dalam islam riba adalah salah satu tindakan yang haram. Pasalnya riba mampu membuat seseorang terlilit hutang dikarenakan adanya tingkatan bunga yang tinggi dan Konsumtif adalah sebuah perilaku, sikap, atau gaya hidup negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahayanya lagi, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sudah terjebak dalam perilaku konsumtif itu, perilaku atau gaya hidup konsumtif juga bisa membuatmu terjebak dalam lingkaran hutang yang tidak berujung. Yuk, simak penjelasan di bawah ini agar lebih mengetahui betapa bahayanya perilaku konsumtif!1. Konsumtif adalah istilah yang menggambarkan gaya hidup negatifilustrasi membeli barang diskon KBBI Daring, konsumtif diartikan sebagai bersifat konsumsi hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri. Tidak hanya itu, konsumtif juga bisa diartikan suatu sikap yang bergantung pada hasil produksi pihak dengan pengertian tersebut, Jessica Gumulya dan Mariyana Widiastuti juga menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Universitas Esa Unggul bahwa konsumtif adalah tindakan membeli barang dengan pertimbangan emosional atau lebih didominasikan oleh keinginan-keinginan di luar kebutuhan dan hanya untuk memenuhi hasrat semata. Berdasarkan kedua pengertian di atas kamu pasti sudah terbayang kan apa yang dimaksud dengan konsumtif ini? Yap, benar sekali! Konsumtif merupakan perilaku atau gaya hidup membeli barang secara berlebihan hanya untuk memuaskan keinginan atau gengsinya Ciri-ciri perilaku konsumtifilustrasi boros Ada beberapa perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku konsumtif, di antaranya sering membeli suatu barang atau produk karena terlihat lucu atau menarik padahal barang tersebut tidak kamu butuhkan. Kamu juga sering membeli barang hanya demi gengsi dan tidak peduli jika harga barang tersebut melebihi itu, membeli barang karena diskon tanpa memperhatikan kebutuhan juga termasuk dalam perilaku konsumtif, lho! Hayo, siapa nih yang masih sering suka check out barang yang tidak sesuai kebutuhan saat diskon? Baca Juga 5 Risiko Berteman Dekat dengan Orang Konsumtif, Ikutan Boros! 3. Bahaya perilaku konsumtifilustrasi tidak punya uang memiliki dampak positif, perilaku konsumtif ini justru lebih merugikan diri sendiri. Salah satu bahaya perilaku konsumtif adalah terjadinya pemborosan karena tidak bisa mengontrol hasrat untuk membeli barang-barang yang tidak itu, perilaku konsumtif ini bisa membuat orang-orang tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Hal tersebut tentunya dapat membuat orang merasa sayang untuk menyimpan uang atau menabung untuk hal-hal yang lebih penting dan banyak orang yang terpaksa berhutang atau bahkan terjerat dalam lingkaran pinjaman online karena tidak memiliki tabungan di saat situasi-situasi konsumtif adalah sebuah perilaku berlebihan saat membeli sesuatu tanpa menghiraukan penting atau tidaknya benda tersebut. Hayo, siapa yang sering beli barang hanya karena lucu? Baca Juga 5 Penyebab Dirimu Boros, Kalau Belanja Suka Kalap dan Lupa PrioritasDaftarIsi ⇅. Mewaspadai ancaman terhadap kedudukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu cara menegakkan integritas bangsa. Bagaimana tidak, keberagaman bangsa adalah keunggulan sekaligus tantangan dan mengandung ancaman apabila tidak dipertahankan integritasnya. Disebut keunggulan karena keberagaman tersebut mengandung arti
Juni 09, 2018 Perilaku konsumtif adalah tindakan individu sebagai konsumen untuk membeli, menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, tidak rasional, menimbulkan pemborosan dan hanya mengutamakan keinginan atau kesenangan tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau manfaat dari barang atau jasa tersebut, bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan sosial, mengikuti mode atau kepuasan pribadi. Konsumen dalam membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata-mata, tetapi juga keinginan untuk memuaskan keinginan dan kesenangan. Keinginan tersebut seringkali mendorong seseorang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Diantara kebutuhan dan keinginan terdapat suatu perbedaan. Kebutuhan bersifat naluriah sedangkan keinginan merupakan kebutuhan buatan, yaitu kebutuhan yang dibentuk oleh lingkungan hidupnya, seperti lingkungan keluarga atau lingkungan sosial lainnya. Berikut ini pengertian dan definisi perilaku konsumtif dari beberapa sumber buku Menurut Setiaji 1995, perilaku konsumtif adalah kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak terencana. Sebagai akibatnya mereka kemudian membelanjakan uangnya dengan membabi buta dan tidak rasional, sekedar untuk mendapatkan barang-barang yang menurut anggapan mereka dapat menjadi simbol keistimewaan. Menurut Sumartono 2002, perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu di luar kebutuhan need atau pembelian lebih didasarkan pada faktor keinginan want. Menurut Ancok 1995, perilaku konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, tidak jarang manusia lebih mementingkan faktor emosi dari pada faktor rasionalnya. Atau lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Manusia tidak lagi membeli barang hanya semata-mata untuk membeli dan mencoba produk, walau sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan produk tersebut. Menurut Triyaningsih 2011, perilaku konsumtif merupakan perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan atas pertimbangan secara rasional dan memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan serta ditandai oleh adanya kebutuhan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang paling mewah memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik. Menurut Engel 2002, perilaku konsumtif merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif Menurut Lina & Rosyid 1997, terdapat tiga aspek perilaku konsumtif, yaitu sebagai berikut Pembelian Impulsif Impulsive buying. Aspek ini menunjukkan bahwa seorang remaja berperilaku membeli semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba / keinginan sesaat, dilakukan tanpa terlebih dahulu mempertimbangkannya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian dan biasanya bersifat emosional. Pemborosan Wasteful buying. Perilaku konsumtif sebagai salah satu perilaku yang menghambur-hamburkan banyak dana tanpa disadari adanya kebutuhan yang jelas. Mencari kesenangan Non rational buying. Suatu perilaku dimana konsumen membeli sesuatu yang dilakukan sematamata untuk mencari kesenangan. Salah satu yang dicari adalah kenyamanan fisik dimana para remaja dalam hal ini dilatarbelakangi oleh sifat remaja yang akan merasa senang dan nyaman ketika dia memakai barang yang dapat membuatnya lain daripada yang lain dan membuatnya merasa trendy. Sedangkan menurut Mangkunegara 2002, aspek-aspek perilaku konsumtif adalah sebagai berikut Pemilikan produk. Seseorang yang sudah memiliki suatu barang akan cenderung membeli sesuatu yang berkaitan dengan barang yang sudah dimiliki. Hal tersebut mendorong terjadinya perilaku konsumtif. Perbedaan individu. Perbedaan individu akan berpengaruh pada motif individu dalam melakukan pembelian. Ada individu yang membeli karena kebutuhan. Ada individu yang membeli karena ingin memperoleh kesenangan dari perilaku pembelian tanpa mementingkan kegunaan produk. Pengaruh pemasaran. Pengaruh pemasaran seperti display toko, iklan, promosi, diskon, dan sebagainya mendorong individu untuk berperilaku konsumtif. Pencarian informasi. Individu melakukan pembelian berdasarkan informasi yang dimiliki individu terkait suatu produk. Karakteristik Perilaku Konsumtif Menurut Sumartono 2002, karakteristik perilaku konsumtif adalah sebagai berikut Membeli produk karena iming-iming hadiah. Pembelian barang tidak lagi melihat manfaatnya akan tetapi tujuannya hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan. Membeli produk karena kemasannya menarik. Individu tertarik untuk membeli suatu barang karena kemasannya yang berbeda dari yang lainnya. Kemasan suatu barang yang menarik dan unik akan membuat seseorang membeli barang tersebut. Membeli produk demi menjaga penampilan gengsi. Gengsi membuat individu lebih memilih membeli barang yang dianggap dapat menjaga penampilan diri, dibandingkan dengan membeli barang lain yang lebih dibutuhkan. Membeli produk berdasarkan pertimbangan harga bukan atas dasar manfaat. Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah. Membeli produk hanya sekadar menjaga simbol atau status. Individu menganggap barang yang digunakan adalah suatu simbol dari status sosialnya. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren di mata orang lain. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan produk. Individu memakai sebuah barang karena tertarik untuk bisa menjadi seperti model iklan tersebut, ataupun karena model yang diiklankan adalah seorang idola dari pembeli. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri. Individu membeli barang atau produk bukan berdasarkan kebutuhan tetapi karena memiliki harga yang mahal untuk menambah kepercayaan dirinya. Keinginan mencoba lebih dari dua produk sejenis yang berbeda. Konsumen akan cenderung menggunakan produk dengan jenis yang sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Menurut Triyaningsih 2011, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah sebagai berikut Hadirnya iklan merupakan pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan pada khalayak melalui media massa yang bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat untuk mencoba dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Konformitas terjadi disebabkan karena keinginan yang kuat pada individu untuk tampil menarik dan tidak berbeda dari kelompoknya serta dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Gaya hidup merupakan salah satu faktor utama yang munculnya perilaku konsumtif. Gaya hidup yang dimaksud adalah gaya hidup yang meniru orang luar negeri yang memakai produk mewah dari luar negeri yang dianggap meningkatkan status sosial seseorang. Kartu kredit digunakan oleh pengguna tanpa takut tidak mempunyai uang untuk berbelanja. Daftar Pustaka Setiaji, B. 1995. Konsumerisme, Akademika No. 1. Tahun XIII. Surakarta Muhammadiyah University Press. Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung Alfabeta. Ancok, D. 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Triyaningsih, 2011. Dampak Online Marketing Melalui Facebook Terhadap Perilaku Konsumtif Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. Engel, dkk. 2002. Perilaku konsumen. Jakarta Binarupa Aksara. Lina & Rosyid. 1997. Perilaku Konsumtif Berdasarkan Locus of Control Pada Remaja. Jurnal Psikologika Tahun II 1997. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung Remaja Rosdakarya.
. 230 38 166 384 170 395 262 474